Beberapa hari yang lalu di kantor saya terjadi suatu peristiwa yang sangat mengganggu kenyamanan antar karyawan. Masalah tersebut bermula ketika salah satu teman kami menulis opininya di peperless system, yaitu sebuah jaringan intranet yang dibuat untuk keperluan komunikasi antar karyawan. Opini tesebut memang kurang tepat rasanya, bila diposting di lingkungan kerja kami yang tentu saja karyawannya multi etnis dan multi keyakinan. Apalagi menurut saya timing untuk pemostingan artikel tersebut belum tepat.
Tema yang di angkat adalah bencana gempa bumi yang baru saja terjadi di ranah minang, sebetulnya saya bisa memahami maksud dan tujuan penulis tersebut,tapi mungkin karena keterbatasan bahasa sehingga seolah –olah isi tulisan tersebut malah kelihatan sekali menjadge dan menyudutkan saudara-saudara dari sumatra barat yang saat ini masih berbela sungkawa. Akibat dari tulisan tersebut nyaris saja terjadi perpecahan antar karyawan yang berbau SARA. Sangat disayangkan, niat dari penulis yang sebetulnya mengajak kami semua untuk mentazdaburi bencana –bencana yang mengobrak-brik ibu pertiwi ini, malah berbuah pertengkaran dan keburukan.
Oke, mari kita tinggalkan kejadian buruk yang menimpa tempat kerja saya tersebut. Lewat blog yang compang camping ini saya ingin menumpahkan uneg-uneg saya, yang tentu saja jauh dari standar hasil pemikiran para senior blog spiritual lainnya. Konon di internet beredar isu-isu pasca gempa ini terjadi. Konon jam dan menit saat gempa ini terjadi, sangat relevan sekali bunyinya bila dihubungkan dengan ayat-ayat suci Al Qur’an. Saya tidak menyanggah hal ini, karena setahu saya sesuatu yang terjadi pada diri kita dan alam ini tidak lepas dari kehendak Tuhan. Tuhan tidak pernah menciptakan suatu program, konsep atau sistem yang namanya”KEBETULAN”. Menurut saya yang masih cubluk ini, kata “kebetulan” itu muncul akibat ketidaktahuan karena keterbatasan akal-pikir manusia yang memang hanya mampu menjangkau hal-hal yang bersifat rasionalitas. Berikut saya kutipkan sebuah ayat :
Allah berfirman dalam QS. Al – Hadid, ayat 22-23,
” Tiada suatu bencana (mushibah) pun yang menimpa dibumi dan pada diri kamu melainkan telah tercatat dalam kitab ( Lauhil Mahfuzh ) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah sangat mudah. “
“Supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepada kamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri”.
Terlepas bagaimana anda memahaminya, yang jelas bahasa ayat di atas tidak boleh di telan mentah-mentah, harus melalui pendalaman dan kebersihan hati untuk bisa mengerti hakikat yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut.
Catatan waktu terjadinya gempa.
1. Gempa di Jogja terjadi pukul 05:55
Mari kita buka Al Qur’an surat Al Maidah ayat 55.
“Sesungguhnya penolong kamu adalah Allah, rasulnya dan orang-orang yang beriman,yang mendirikan sholat dan menunaikan zakat seraya mereka tunduk.
Apakah jam saat terjadinya Gempa di Jogja ini kebetulan, ada apa dengan jogja dan apa hubungannya dengan Jogja. Seperti kita ketahui bersama, diakui atau tidak Jogja adalah simbol pusat spiritual. Segala aliran kebatinan, agama, budaya, kejawen ndeles, kejawen islam dan lain-lain tumbuh subur di tanah kelahiran saya ini. Kenapa hal ini bisa terjadi, karena warga jogja rata-rata mempunyai toleransi yang tinggi, sangat menghargai perbedaan dan tidak suka mencampuri faham atau keyakinan yang dianut orang lain. Bagi rakyat jogja, mungkin sepanjang keyakinan orang lain tersebut tidak mengganggu stabilitas umum, tidak mengganggu secara fisik, ya tidak perlu disikapi secara berlebihan. Berangkat dari sifat sifat orang jogja tersebut, kadang banyak pihak pihak yang malah menuduh bahwa orang jogja tidak setia dan konsisten dengan agamanya, suka melakukan kesyirikan, bid’ah, khurafat, tahayul dan lain sebagainya.Saya masih teringat,ketika luka warga jogja masih menganga akibat bencana gempa bumi, seorang teman dengan enteng berkomentar di depan mata saya”Jogja dikasih gempa kan karena orang jogja sering berbuat kesyirikan dan meninggalkan sholat”. Begitu menyakitkan kata kata tersebut dan masih terngiang ditelinga saya sampai sat ini.
Baiklah kita lupakan masalah itu, terlepas dari sisi ilmiah saya akan mencoba mengupas bencana-bencana tersebut dari sisi spiritual. Karena segala macam aliran kepercayaan, kebatinan, budaya, agama dan lain-lain ada di sana, tentu tidak terlepas dari hukum keseimbangan. Baik dan buruk, bengkok dan lurus(hanif), benar dan salah di dalam sebuah ajaran atau keyakinan pasti adanya. Namun bukanlah keyakinan atau ajaran yang salah, karena pada dasarnya setiap agama dan lain-lain pasti memiliki dan mengajarkan nilai-nilai kebenaran kepada pemeluknya, namun manusia sendiri yang sering menodainya. Nah ketika keburukan, pembelokan, kesalahan ini lebih dominan disuatu tempat maka kehancuranlah yang akan ditemui, baik itu bersifat kasar(fisik) dan halus(metafisik). Sekarang timbul pertanyaan apakah semua warga jogja suka melakukan kemusyrikan, maka saya menjawab bahwa di suatu tempat atau daerah dan di apapun juga akan terdapat dua sisi yang berlawanan, hitam dan putih, baik dan buruk, lurus dan bengkok dan sebagainya.Lalu kenapa harus terjadi dijogjakarta, sekali lagi semua ini adalah simbol, gambar dan simbol, tidaklah maching bila judulnya spiritual tapi tapi gambar yang nongol adalh tempat wisata kuliner. Jadi pesan apakah yang bisa kita tangkap dari ayat tersebut, tidak lain adalah TAUHID.Kita dipanggil oleh Gusti Allah untuk kembali kepadanya. Kalau mau jujur, betapa bangsa kita telah jauh tersesat, kejahatan merajalela, korupsi, konspirasi politik, skandal perzinaan para pejabat, pembunuhan kelas tinggi maupun ecek-ecek, pelanggaran hak asasi manusia dan lain-lain telah menjamur di negeri ini. Dan yang lebih parah adalah bangsa ini telah jauh melanggar amanah para leluhur yang telah mewariskan kemerdekaan, warisan ilmu, budaya yang adiluhung dan sebagainya. Bahkan orang-orang yang mencintai dan berusaha untuk menjaga warisan-warisan budaya leluhur itu, sering dicap kapir kopar, luwuk bawuk kaya kuwuk.
Saudara-saudara, mari kita cermati bunyi ayat tersebut di atas satu persatu :
- Allah : Tuhan =Sang Pencipta= Sangkan Paraning Dumadi = sebaik-baik tempat untuk kembali.
- Rasul : Penyampai kebenaran = bisikan suci = Nur Muhamad
- Orang-orang beriman : Bagi saya orang beriman adalah orang – orang yang sudah melek akan kebenaran, berani berkata, berbuat dan bertindak berdasarkan kebenaran yang berasal dari hati nurani.
- Mendirikan sholat : mendirikan sholat berbeda dengan mengerjakan sholat, mengerjakan sholat adalah sebatas memenuhi kewajiban, memenuhi hukum fiqih (syari’at), sedangkan mendirikan sholat adalah membangun atau mengaplikasikan inti sholat dalam kehidupan sehari-hari. Karena sholat itu bukan menyembah, sholat adalah nyaroso atau nyawiji kepada Gusti ingkang maha suci. Jadi implementasi sholat di tengah-tengah masyarakat adalah menjadi manusia yang rahmatan lil alamin, manusia-manusia yang bertindak atas kodrat dan iradatnya Gusti.
- Zakat : ukuran keikhlasan, sosial kemasyarakatan, sifat untuk bisa hanguripi (mengentaskan) penderitaan orang lain.
- Tunduk : berserah diri
Hendaknya bangsa ini segera kembali kepada Gusti Allah,membangun sebenar-benarnya tauhid, dengan jalan hanya mematuhi perintah dari hati nurani yang tak pernah bohong sehingga mampu memahami ayat-ayat Tuhan yang tergelar nyata di alam ini, hingga akhirnya akan terwujud sebuah masyarakat yang tabah, tawakal, istiqomah pandai bersyukur, saling mengormati –menghargai, berjiwa sumeleh dan sabar secara totalitas.
2. Gempa di Padang terjadi pukul 17.16
Kita buka Al Qur’an bunyinya seperti ini:
QS : 17:16
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.”
Sebelumnya saya mohon maaf, sekali lagi saya tidak bermaksud membuat asumsi atau membangun opini bahwa orang padang itu hidup bermewah mewah dan lalai, ketika kita berbicara padang pasti identik dengan kaum pedagang, bisnisman, pengusaha dan wiraswastawan. Kita tau banyak sekali orang Sumbar yang sukses dengan usaha mereka, kebanyakan dari mereka hidup berkecukupan, bahkan mungkin menengah ke atas. Inti ayat ini adalah berbicara tentang materi, bahwa kekayaan, kemewahan bisa melupakan segalanya bahkan kepada Tuhan sekalipun.
Dalilnya adalah:
Surat
AT-TAKATSUR
Surat 102: ayat 1
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ
Kamu telah diperlalaikan oleh bermegah-megahan
Tuhan telah menegur bangsa ini, disatu sisi banyak saudara kita, teman kita, pejabat kita, pemimpin kita, yang hidup bermewah-mewah, ber-banda bandu, tapi nun jauh di sana masih banyak saudara kita yang makan nasi aking, masih ada kampung ideot yang maaf tempat tinggal mereka tidak lebih bagus dari kandang kambing.
3. Gempa di Aceh terjadi pukul 07:58
Coba buka surat ketujuh yaitu Al-A’raf ayat 58, apa isinya?
“Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.
Sekilas mungkin ayat ini memang tidak nyambung, tapi mari kita perhatikan bunyi ayat tersebut pelan-pelan. Ayat ini berbicara suatu tempat yang subur dan gersang. Artinya kemakmuran suatu negeri, aceh terkenal dengan keislamannya sehingga dijuluki sebagai serambi mekah, tanahnya subur, buminya mengandung emas dan minyak, namun seperti kita tahu, di tanah yang banyak melahirkan pahlawan nasional ini banyak terjadi kejahatan rasisme, obat-obatan telarang, pembunuhan dsb. Rakyat aceh mengalami penderitaan yang panjang dengan adanya konflik yang belum lama berakhir. Ayat itu menegaskan bahwa kita telah dikaruniai negeri yang subur makmur, apabila semua itu kita kelola dengan hukum-hukum Tuhan, sesuai dengan kodrat dan iradatnya, tidak berdasarkan kesrakahan hawa nafsu tentu kita akan negara yang gemah ripah karta rahaja, kita diperintahkan untuk merenung apabila negeri kita ini tandus betapa penderitaan kita lebih parah lagi. Oleh karena itu hendaklah semua komponen bangsa ini pandai bersyukur atas nikmat-nikmat yang telah dikarunikan Tuhan, dengan cara berjuang untuk menjadi manusia-manusia yang memayu hayuning bawono(rahmatan li alamin).Untuk mengakhiri artikel ini saya akan bertanya, apakah orang jogja, orang padang, orang aceh, orang jawa barat suka berbuat kemusryikan, bermewah-mewah, melanggar hak asasi manusia, suka melakukan perzinaan???. Maka saya jawab di tempat manapun pasti ada, namun orang-orang yang sholeh, yang bertauhid dan yang jujurpun tidak kalah banyaknya. Sekali lagi, semua ini hanya potret, bahwa bangsa ini telah carut marut, benar salah terasa samar dinegeri ini, (wong dur angkara tambah mulya, wong jujur katone ajur).Akhir kata, Sampaikan kebenaran itu dengan arif, sampaikan kebenaran itu dengan penuh kebijaksanaan, welas asih, kelembutan bukan dengan teriakan yang penuh emosional. Ketika sebuah bencana tidak menjadikan suatu tempat/manusia berubah semakin baik itulah yang dinamakan azab/laknat, tapi ketika manusia mengalami bencana kemudian terjadi perubahan pada dirinya menjadi semakin baik dan hanif, maka bencana itu bermakna menjadi ujian.Seperti kata Ki Sabda langit” bahwa dibalik musibah terdapat anugrah bagi orang-orang yang sabar”
Wallahualam bishawab
Rahayu
Sejahtera karahayon…
dulu semasa gempa tsunami aceh, ada orang mengatakan didepan wajah saya, bahawa gempa yang menelan korban lebih 250000 jiwa dikait-kaitkan dengan agama setempat, analisis seperti ini sangat realistis dan tentu mengundang konflik sara, saya sebagai orang muslim yang banyak diilhami kearifan muslim telah memaafkan orang seperti itu walaupun beliaunya calon doktor dan belum pernah mengatakannya padaku.
banyak memang orang mengatakan kopar-kapir atau kuwuk bawuk kayak kuwuk, karena memang telah memahami kebenaran agamanya sebatas itu, saya pun telah memaafkannya.
anda benar Ki musibah bisa menimpa siapa saja yang baik atau yang buruk, itu merupakan ujian bila kita bisa berubah, dan kadang mendapat karunia yang lebih baik, hidup menjadi lebih baik, gaya hidup menjadi lebih baik.
ketika halal bihalal 1430 H saat ceramah diperusahaan pak ustad bilang kalau memohon maaf pada semua orang uang perusahaan yang diembat harap dikembalikan ke perusahaan,kalau menurut saya uang yang telah dihabiskan memang harus dikembalikan , tapi kalau enggak mau mengembalikan, bagi saya tak apa-apa, saya tetap memaafkan orang seperti itu tanpa syarat.:(
kalau ingin moral berhenti maksiat dan indonesia jaya sejahtera itu mudah saja, lha wong soalnya keilmuan agama/kepercayaan orang sekarang terlalu tinggi, juga ilmu ghoibnya menurut saya ketinggian sehingga “sendal jepit” yang tipis enggak kelihatan lagi… he he he 🙂
wassalam wb
Selamat aktif di dunia blog lagi mas hidayat, trimakasih masih suka berkunjung digubuk reot ini, bagaimana, masih suka pergi ketrowulan tidak?
Selamat menulis blog lagi Ki, hehe
Saya sendiri kurang cukup untuk comment terkait dengan artikel sampean, hanya sedikit mau berbagi link :
http://warnaislam.com/syariah/thaharah/2009/10/9/29880/Jam_Gempa_dan_Nomor_Ayat_Quran_Kok_Tidak_Cocok.htm
Ya mas sujar, itulah faham!.satu ayat, satu dalil bisa melahirkan berbagai tafsir. Tapi Allah sudah memberikan kata kuncinya.
“tidak disentuh alqur’an kecuali dalam keadaan suci”
suci di sini bukan berwudhu, tapi ketika orang ingin mengerti kandungan al’qur’an yang harus bisa mensucikan bathinnya terlebih dahulu. Trimakasih linknya,dua minggu yang lalu saya sudah membaca link tersebut.
Nuwun Kangmas Herjuno,
Sebenarnya kalau kita mau sedikit menengok warisan leluhur, bencana alam yang terjadi saat ini sudah dinubuatkan.
Dimana saat terjadi manusia diingatkan untuk kembali kepada hidup yang sejati
Hidup yang tak terkotak-kotak, hidup yang merdeka dari belenggu doktrin yang membuat manusia sekarang menjadi komoditi & kehilangan kamanungsannya.
Nuwun sewu Kangmas, sejak sebelum tsunami Aceh saya sudah diingatkan bahwa akan terjadi bencana besar yang memakan banyak korban manusia
“Saatnya sudah tiba, yang terjadi terjadilah” begitu dawuh yang saya terima kala itu saat sedang sujud.
Keadaan hati sangat miris seperti yang saya tulis di thread Sang Prajaka.
Dan sudah menjadi tugas bagi kita, kula, panjenengan & Saudara spiritualis lain untuk memberi derma bagi dunia bwerujud pencerahan, agar manusia dapat kembali menjadi manusia, citra Tuhan di dunia ini.
Wus mantun anggenira piningit
kinen anyapih gung agenging perang rusuh
Sungguh perang rusuh ketika manusia kehilangan jati dirinya
Nyuwun pangapunten, hanya menyambung lidah suara-suara lampau yang telah hilang ditelan jaman
====================================================
Matursembah nuwun mas Tommy, tulisan penjenengan makin melengkapi uneg uneg yang saya tulis ini, semoga dengan begitu kita makin diberikan ketajaman mata hati, sehingga tidak tertipu oleh hal-hal yang dapat membuat kita tersesat untuk bertemu Gusti.
Rahayu
pamuji rahayu ki ngabehi……
wah panjenengan waskita sekali bisa menghubungkan kejadian dengan ayat, hal yg tidak terpikirkan oleh kebanyakan orang termasuk saya heheheheh, tapi menarik juga dengan link yg diberikan oleh mas jarwadi
kalo kita berpikir secara logis mungkin akan setuju dgn apa yg ada di link, susunan ayat memang buatan manusia dan jam juga politis……tapi kalo memakai olah pangrasa maka akan menemukan sisi yg berbeda dgn apa yg disebut logika, dan hal ini telah panjenengan utarakan dgn gamblang……
mungkin akan saya tambahin sedikit saja….susunan ayat Qur’an memang disusun oleh manusia tapi itu pun bukan kebetulan belaka, dan telah disepakati oleh hampir semua ulama dan juga berlaku hingga sekarang
jam juga begitu buatan manusia, di Qur’an sendiri tidak ada istilah jam, tapi sekarang hampir diseluruh belahan dunia juga telah menyepakati jam dan sangat membantu penentuan waktu sholat
dari mushaf dan jam tentu buatan manusia tapi Allah maha Tahu, kalo Allah akan memberikan peringatan secara gamblang maka tidak melalui bahasa yg njlimet, cukup dgn bahasa yg mudah dipahami yaitu kematian, bencana dan duka nestapa, apabila bisa menggapai cahaya dibali musibah maka itu adalah org2 yg beruntung, sebab semua kejadian bahkan daun jatuh itupun Allah punya hitung2annya, dan karena orang itu bisa melihat semua hikmah berupa kenikmatan dibalik musibah yg penuh duka nestapa…intinya baik musibah mapun nikmat bagi orang2 yg sabar dan syukur disegala kondisi merupakan petunjuk dan nikmat tak terhingga dari Illahi, juga bisa menangkap petunjuk sekecil apapun dari manapun diwaktu kapanpun yg akan diolah menjadi sarana untuk semakin mendekatkan diri kepadaNya………..
matur sembah nuwun
Maturnuwun Mas Tono, sampun kersa rawuh wonten gubuk kula mriki, maturnuwun sudah berbagi ilmu dan wawasan yang bisa mengurangi kebebalan otak saya ini, semoga Gusti Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya untuk kita semua.
rahayu
pamuji rahayu..,
sampun tansah dangu Ki .. panjenengan mboten ketingal wonten paseban panjenengan.. sakniki nembe njedul…,sehat dan bagas waras kasugengan karaharjan njih Ki…, nuninjih Ki.. meniko ingkang kita wajib telaah atas kejadian kejadian alam yang banyak menimpa saudara kita di NKRI…, berkaitan dengan kitab garing maupun teles…, nanging njih naminipun bencana Ki.. kita namung saged mewiradat dan Gusti ingkang menentukan kapan, dimana dan kepada siapa..? cuma wajib hanetepi titah dengan mulai mengasah alat alat dalam diri kita yang telah diberikan olehNya..,
sampai dimana kita tahu apa yag tergelar dijagad gede maupun alit., memulai mengerti hidup dan sangkan paraning dumadi serta selalu bersikap tepa slira tenggang rasa penuh kasih sayang dalam persaudaraan yang universal…, berkiprah dari diri merambah kepada lingkungan , alam, bebrayan agung dan menjaga harmoni seperti apa yang selalu diwejangkan oleh leluhur dan pepunden kita…, cara hidup yang sebenarnya hidup.. untk menuju hidup., seringkali kita simak dan dengar, baca maupun langsung kepada diri kita wejangan beliau yang mengharuskan kita selalu menjaga keharmonian, sehingga kita bisa terhindar dan setidaknya alam ini tentram dalam artian tidak selalu bergejolak…, matur sembah nuwun Ki pencerahanipun.. mugya kita selalu dalam kasih sayang Gusti ingkang Maha Welas Asih,
salam sihkatresnan
rahayu,.
===================================================
gempa bumi yg telah terjadi di Indonesia, sehingga orang menghubungkan antara waktu gempa dengan ayat-ayat Al Qur’an. Sesungguhnya gempa itu penyebabnya adalah setan terkutuk dan waktu gempanya disamakan dengan ayat-ayat Al Qur’an dan dibisikkan kpd sebagian manusia yg merasa dirinya sudah suci. Tujuan setan itu adalah supaya orang-orang menyangka bahwa bencana itu sudah kehendak Tuhan.
Yg memahami msalah ini adalah orang yg merasa banyak dosa dan melihat dg mata hatinya, bahwa dlm diri manusia setan berjalan sejalan denga liran darah manusia.
nuwun sewu Ki.. nderek komen njih..
barangkali baiknya kita ndak men-judge sodara2 kita yg tengah kena musibah dgn prasangka ini-itu.
pertama, karena kematian mereka bisa jadi (mayoritas) adalah syahid; itu artinya mereka khusnul khatimah.
kedua, dengan kematian mereka, bangsa ini jadi lebih sadar diri, empati dan memberi; itu artinya kematian mereka menginspirasi pd kebaikan.
ketiga, dgn kematian itu justru lebih mendekatkan mereka pd-Nya, mendahului kita yg msh hidup. mungkin saja Allah mmg hendak menyelamatkan mereka lebih dulu dari jaman yg kian celaka, shg tak perlu ikut kecebur dosa.
sementara kita yg mereka tinggalkan, harusnya bersyukur karena telah beroleh peringatan dan kesempatan utk memperbaiki diri, serta yg terpenting: berkontribusi konkret membantu meringankan penderitaan sodara2 kita disana; dan bukannya main2 otak-atik-mathuk (dgn kitab atau bukan) sekedar utk memuaskan “hasrat analisis” sendiri.
nyuwun pangapunten kalo ada kata yg kurang berkenan. hanya Allah SWT Yang Maha Mengetahui.
Mas Bonk, coba dibaca sekali lagi dengan seksama. saya berusaha membuat tulisan dengan sangat obyektif dan berusaha memaparkan apa adanya, jadi tidakmenyudutkan suku atau kelompok tertentu.
nuwun.
ngeriii bngt dngn bencan?
Musibah datang karena masyrakat di indonesia sudah banyak yg melupakan para leluhur dan sudah banyak yg durhaka kpd ibu-bapak. Merasa dirinya paling alim.. Merasa dirinya paling benar didalam menjalankan ibadah sehari-hari.. Dilingkungan kita sudah banyak tempat-tempat maksiat.. Para ulama, ustadz sudah banyak yg berpolitik praktis.. Padahal tugas mereka adalah mengayomi dan memberikan wejangan positif kpd rakyat, bukan ikut-ikutan teriak-teriak masalah perbedaan agama.. Kampanye politik yg justru akan menambah jurang pemisah antara kawula dan ulama/kyai sepuh..!!! Ya Allah Ya Ghafur Ya Rahman Ya Rahiim, ampunilah dosa-dosa dan kesalahan bangsa Indonesia..Ya Allah jauhkanlah sifat rakyat indonesia dari sifat serakah, rakus, korupsi dan jauhkanlah kami dari sifat duniawi.. Aamiin yaa rabbal ‘aalamiin.