Beberapa hari yang lalu di kantor saya terjadi suatu peristiwa yang sangat mengganggu kenyamanan antar karyawan. Masalah tersebut bermula ketika salah satu  teman kami menulis opininya di peperless system, yaitu sebuah jaringan intranet yang dibuat untuk keperluan komunikasi antar karyawan. Opini tesebut memang kurang tepat rasanya, bila diposting di lingkungan kerja kami yang tentu saja karyawannya multi etnis dan multi keyakinan. Apalagi menurut saya timing untuk pemostingan artikel tersebut belum tepat.

Tema yang di angkat adalah bencana gempa bumi yang baru saja terjadi di ranah minang, sebetulnya saya bisa memahami maksud dan tujuan penulis tersebut,tapi mungkin karena keterbatasan bahasa  sehingga seolah –olah isi tulisan tersebut malah kelihatan sekali menjadge dan menyudutkan saudara-saudara dari sumatra barat yang saat ini masih berbela sungkawa. Akibat dari  tulisan tersebut nyaris saja terjadi perpecahan antar karyawan yang berbau SARA. Sangat disayangkan, niat dari penulis yang sebetulnya mengajak kami semua untuk mentazdaburi bencana –bencana yang mengobrak-brik ibu pertiwi ini, malah berbuah pertengkaran dan keburukan.

Oke, mari kita tinggalkan kejadian buruk yang menimpa tempat kerja saya tersebut. Lewat blog yang compang camping ini saya ingin menumpahkan uneg-uneg  saya, yang tentu saja jauh dari standar hasil pemikiran para senior blog spiritual lainnya. Konon di internet beredar isu-isu pasca gempa ini terjadi. Konon jam dan menit saat gempa ini terjadi,  sangat relevan sekali bunyinya bila dihubungkan dengan ayat-ayat suci Al Qur’an. Saya tidak menyanggah hal ini, karena setahu saya sesuatu yang terjadi pada diri kita dan alam  ini tidak lepas dari kehendak Tuhan. Tuhan tidak pernah menciptakan suatu program, konsep atau sistem yang namanya”KEBETULAN”. Menurut saya yang masih cubluk ini, kata “kebetulan” itu muncul akibat ketidaktahuan karena keterbatasan akal-pikir manusia yang memang hanya mampu menjangkau hal-hal yang bersifat rasionalitas. Berikut saya kutipkan sebuah ayat :

Allah berfirman dalam QS. Al – Hadid, ayat 22-23,

” Tiada suatu bencana (mushibah) pun yang menimpa dibumi dan pada diri kamu melainkan telah tercatat dalam kitab ( Lauhil Mahfuzh ) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah sangat mudah. “

“Supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepada kamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri”.

Terlepas bagaimana anda memahaminya, yang jelas bahasa ayat di atas tidak boleh di telan mentah-mentah, harus melalui pendalaman dan kebersihan hati untuk bisa mengerti hakikat yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut.

Catatan waktu terjadinya gempa.

1. Gempa di Jogja terjadi  pukul 05:55

Mari kita buka Al Qur’an surat Al Maidah ayat 55.

“Sesungguhnya penolong kamu adalah Allah, rasulnya dan orang-orang yang beriman,yang mendirikan sholat dan menunaikan zakat seraya mereka tunduk.

Apakah jam saat terjadinya Gempa di Jogja ini kebetulan, ada apa dengan jogja dan apa hubungannya dengan Jogja. Seperti kita ketahui bersama, diakui atau tidak Jogja adalah simbol pusat spiritual. Segala aliran kebatinan, agama, budaya, kejawen ndeles, kejawen islam dan lain-lain tumbuh subur di tanah kelahiran saya ini. Kenapa hal ini bisa terjadi, karena warga jogja rata-rata mempunyai toleransi yang tinggi, sangat menghargai perbedaan dan tidak suka mencampuri faham atau keyakinan yang dianut orang lain. Bagi rakyat jogja, mungkin sepanjang keyakinan orang lain tersebut tidak mengganggu stabilitas umum, tidak mengganggu secara fisik, ya tidak perlu disikapi secara berlebihan. Berangkat dari sifat sifat orang jogja tersebut, kadang banyak pihak pihak yang malah menuduh bahwa orang jogja tidak setia dan konsisten dengan agamanya, suka melakukan kesyirikan, bid’ah, khurafat, tahayul dan lain sebagainya.Saya masih teringat,ketika luka warga jogja masih menganga akibat bencana gempa bumi, seorang teman dengan enteng  berkomentar di depan mata saya”Jogja dikasih  gempa kan karena orang jogja sering berbuat kesyirikan dan meninggalkan sholat”. Begitu menyakitkan kata kata tersebut dan masih terngiang ditelinga saya sampai sat ini.

Baiklah kita lupakan masalah itu, terlepas dari sisi ilmiah saya akan mencoba mengupas bencana-bencana tersebut dari sisi spiritual. Karena segala macam aliran kepercayaan, kebatinan, budaya, agama dan lain-lain ada di sana, tentu tidak terlepas dari hukum keseimbangan. Baik dan buruk, bengkok dan lurus(hanif), benar dan salah di dalam sebuah ajaran atau keyakinan pasti adanya. Namun bukanlah keyakinan  atau ajaran yang salah, karena pada dasarnya setiap  agama dan lain-lain pasti memiliki dan mengajarkan nilai-nilai kebenaran kepada pemeluknya, namun manusia sendiri yang sering menodainya. Nah ketika keburukan, pembelokan, kesalahan ini lebih dominan disuatu tempat maka kehancuranlah yang akan ditemui, baik itu bersifat kasar(fisik) dan halus(metafisik). Sekarang timbul pertanyaan apakah semua warga jogja suka melakukan kemusyrikan, maka saya menjawab bahwa di suatu tempat atau daerah  dan di apapun juga akan terdapat dua sisi yang berlawanan, hitam dan putih, baik dan buruk, lurus dan bengkok dan sebagainya.Lalu kenapa harus terjadi dijogjakarta, sekali lagi semua ini adalah simbol, gambar dan simbol, tidaklah maching bila judulnya spiritual tapi tapi gambar yang nongol adalh tempat wisata kuliner. Jadi pesan apakah yang bisa kita tangkap dari ayat tersebut, tidak lain adalah TAUHID.Kita dipanggil oleh Gusti Allah untuk kembali kepadanya. Kalau mau jujur, betapa bangsa kita telah jauh tersesat, kejahatan merajalela, korupsi, konspirasi politik, skandal perzinaan para pejabat, pembunuhan kelas tinggi maupun ecek-ecek, pelanggaran hak asasi manusia dan lain-lain telah menjamur di negeri ini. Dan yang lebih parah adalah bangsa ini telah jauh melanggar amanah para leluhur yang telah mewariskan kemerdekaan, warisan ilmu, budaya yang adiluhung dan sebagainya. Bahkan orang-orang yang mencintai dan berusaha untuk menjaga warisan-warisan budaya leluhur itu, sering dicap kapir kopar, luwuk bawuk kaya kuwuk.

Saudara-saudara, mari kita cermati bunyi ayat tersebut di atas satu persatu :

  1. Allah                                              : Tuhan =Sang Pencipta= Sangkan Paraning Dumadi = sebaik-baik tempat untuk kembali.
  2. Rasul                                             : Penyampai kebenaran = bisikan suci = Nur Muhamad
  3. Orang-orang beriman            : Bagi saya orang beriman adalah orang – orang yang sudah melek akan kebenaran, berani berkata, berbuat dan bertindak berdasarkan kebenaran yang berasal dari hati nurani.
  4. Mendirikan sholat                   : mendirikan sholat berbeda dengan mengerjakan sholat, mengerjakan sholat adalah sebatas memenuhi kewajiban, memenuhi hukum fiqih (syari’at), sedangkan mendirikan sholat adalah membangun atau mengaplikasikan inti sholat dalam kehidupan sehari-hari. Karena sholat itu bukan menyembah, sholat adalah nyaroso atau nyawiji kepada Gusti ingkang maha suci. Jadi implementasi sholat di tengah-tengah masyarakat adalah menjadi manusia yang rahmatan lil alamin, manusia-manusia yang bertindak atas kodrat dan iradatnya Gusti.
  5. Zakat                                             : ukuran keikhlasan, sosial kemasyarakatan, sifat untuk bisa hanguripi (mengentaskan) penderitaan orang lain.
  6. Tunduk                                         : berserah diri

Hendaknya bangsa ini segera kembali kepada Gusti Allah,membangun sebenar-benarnya tauhid, dengan jalan hanya mematuhi perintah dari hati nurani yang tak pernah bohong sehingga mampu memahami ayat-ayat Tuhan yang tergelar nyata di alam ini, hingga akhirnya akan terwujud sebuah masyarakat yang tabah, tawakal, istiqomah pandai bersyukur, saling mengormati –menghargai, berjiwa sumeleh dan sabar secara totalitas.

2. Gempa di Padang terjadi  pukul 17.16

Kita buka Al Qur’an bunyinya seperti ini:

QS : 17:16

“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.”

Sebelumnya saya mohon maaf, sekali lagi saya tidak bermaksud  membuat asumsi atau membangun opini bahwa orang  padang itu hidup bermewah mewah dan lalai, ketika kita berbicara padang pasti identik dengan kaum pedagang, bisnisman, pengusaha dan wiraswastawan. Kita tau banyak sekali orang Sumbar yang sukses dengan usaha mereka, kebanyakan dari mereka hidup  berkecukupan, bahkan mungkin menengah ke atas. Inti ayat ini adalah berbicara tentang materi, bahwa kekayaan, kemewahan bisa melupakan segalanya bahkan kepada Tuhan sekalipun.

Dalilnya adalah:

Surat
AT-TAKATSUR
Surat 102: ayat 1

أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ

Kamu telah diperlalaikan oleh bermegah-megahan

Tuhan telah menegur bangsa ini, disatu sisi banyak saudara kita, teman kita, pejabat kita, pemimpin kita,  yang hidup bermewah-mewah, ber-banda bandu, tapi nun jauh di sana masih banyak saudara kita yang makan nasi aking, masih ada kampung ideot yang maaf tempat tinggal mereka tidak lebih bagus dari kandang kambing.

3. Gempa di Aceh terjadi  pukul 07:58

Coba buka surat ketujuh yaitu Al-A’raf ayat 58, apa isinya?

Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.

Sekilas mungkin ayat ini memang tidak nyambung, tapi mari kita perhatikan bunyi ayat tersebut pelan-pelan. Ayat ini berbicara suatu tempat yang subur dan gersang. Artinya kemakmuran suatu negeri, aceh terkenal dengan keislamannya sehingga dijuluki  sebagai serambi mekah, tanahnya subur, buminya mengandung emas dan minyak, namun seperti kita tahu, di tanah yang banyak melahirkan pahlawan nasional ini  banyak terjadi kejahatan rasisme, obat-obatan telarang, pembunuhan dsb. Rakyat aceh mengalami penderitaan yang panjang dengan adanya konflik yang belum lama berakhir. Ayat itu menegaskan bahwa kita telah  dikaruniai  negeri yang subur makmur, apabila semua itu kita kelola dengan hukum-hukum Tuhan, sesuai dengan kodrat dan iradatnya, tidak berdasarkan kesrakahan hawa nafsu tentu kita akan  negara yang gemah ripah karta rahaja, kita diperintahkan untuk merenung apabila negeri kita ini tandus betapa penderitaan kita lebih parah lagi. Oleh karena itu hendaklah semua komponen bangsa ini pandai bersyukur atas nikmat-nikmat yang telah dikarunikan Tuhan, dengan cara berjuang untuk menjadi manusia-manusia yang memayu hayuning bawono(rahmatan li alamin).Untuk mengakhiri artikel ini saya akan bertanya, apakah orang jogja, orang padang, orang aceh, orang jawa barat suka berbuat kemusryikan, bermewah-mewah, melanggar hak asasi manusia, suka melakukan perzinaan???. Maka saya jawab di tempat manapun pasti ada, namun orang-orang yang sholeh, yang bertauhid dan yang  jujurpun tidak kalah banyaknya. Sekali lagi, semua ini hanya potret, bahwa bangsa ini telah carut marut, benar salah terasa samar dinegeri ini, (wong dur angkara tambah mulya, wong jujur katone ajur).Akhir kata, Sampaikan kebenaran itu  dengan arif, sampaikan kebenaran itu dengan penuh kebijaksanaan, welas asih, kelembutan  bukan dengan teriakan yang penuh emosional. Ketika sebuah bencana tidak menjadikan suatu tempat/manusia berubah semakin baik itulah yang dinamakan azab/laknat, tapi ketika manusia mengalami bencana kemudian terjadi perubahan pada dirinya menjadi semakin baik dan hanif, maka bencana itu bermakna menjadi ujian.Seperti kata Ki Sabda langit” bahwa dibalik musibah terdapat anugrah bagi orang-orang yang sabar”

Wallahualam bishawab

Rahayu